Rabu, 30 Januari 2013

Bolehkah merasa paling benar?

Ada orang-orang yang tidak suka dengan "salafy" kemudian menuduhkan bahwa kelompok salafy ini adalah kelompok orang-orang yang merasa dirinya paling benar. Bagaimana ini?

Sebenarnya merasa dan mengaku benar ini adalah kelaziman bagi orang yang merasa telah mengikuti ilmu. Bahkan orang yang menuduh salafy pun juga tersirat merasa benar atau merasa paling benar dengan tuduhannya. Mereka merasa benar dengan tuduhannya  dan merasa si salafy salah. Dan mereka merasa pendapat mereka yang berbeda dengan tuduhannya yang benar yaitu "tidak boleh merasa paling benar". Jadi mereka para penuduhpun merasa paling benar juga.

Kalau kita sudah berilmu pada suatu masalah dan kita yakin ilmu yang kita dapatkan dari Allah dan RasulNya, maka sepantasnya kalau kita merasa benar dan merasa paling benar karena kita mengikuti kebenaran Allah dan Rasulnya. Contoh kita meyakini wajibnya puasa di bulan ramadlon, kita telah tahu dalil-dalilnya dari Al Quran dan Assunnah, kita yakin dengan ilmu kita ini, maka semestinya kita merasa benar dan merasa paling benar dengan pendapat yang kita ikuti ini. Kalau ada orang yang menyatakan bahwa puasa di bulan romadlon tidak disyariatkan dalam agama, maka kita katakan itu pendapat yang salah, batil dan sesat. Kita merasa benar sendiri (bersama orang-orang yang sama pendapatnya dengan pendapat kita, bukan seorang diri tentunya) dan yang lain salah.

Sebenarnyalah kebenaran itu hanya satu yaitu mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya. Oleh karena itu semestinya kita berusaha merealisasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kalau Rasulullah ajarkan para lelaki untuk sholat jamaah di masjid maka kita berusaha untuk melakukannya.
Kalau Al Quran memerintahkan kita tuk menutup aurat,  maka kami berusaha melaksanakannya semampu kami, setiap keluar rumah istri dan anak perempuan kami memakai jilbab.
Kalau Rasulullah memperingatkan kita dari bid'ah maka kami pun berusaha menjauhinya dan memperingatkan orang-orang yang kami cintai di sekitar kami dari bahaya bid'ah .....
Kalau Rasulullah mengharamkan syirik maka kami pun berusaha menghindarinya sekuat tenaga dan kami berusaha menjauhkan kami dan keluarga serta masyarakat kami dari syirik yang menyengsarakan ini.
dan seterusnya.

Namun demikian walaupun kita memilih yang benar menurut penilaian kita tapi semestinya kita tidak bolah merasa sombong dan ujub dengan amalan kita, merasa bangga dengan amalan kita, merasa bangga dengan dakwah kita, merasa bangga dengan  ilmu kita sehingga kita merasa kita lebih baik dari orang lain. Karena bisa jadi orang yang kita pandang lebih rendah dari kita ternyata lebih baik disisi Allah. Karena kita tidak tahu apakah amalan kita diterima Allah,  apakah amalan kita benar-benar ikhlas karena Allah? Atau bisa jadi orang yang kita pandang rendah itu ternyata punya kedudukan yang tinggi disisi Allah. Karena bisa jadi dia punya amalan hati yang bernilai tinggi disisi Allah yang tidak kita ketahui karena tersembunyi. Oleh karena itu tidak sepantasnya kita bersombong dihadapan manusia. Kalau masih ada pengikut salafy yang terkesan sombong maka itu adalah kesalahannya semoga dia bisa memperbaikinya.

Mengenai masalah ini ada ceramah Ustadz Firanda yang sangat bagus, silahkan menyimak :

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar,
Mohon komentar yang santun agar diskusi kita barokah.